Summit Entertaiment
Jenis: Romantis, Horror, Fantasi
Sutradara: Catherine Hardwicke
Pemain: Kristen Stewart, Robert Pattinson, Billy Burke, Ashley Greene
Penulis: Melissa Rosenberg dari novel karya Stephenie Meyer
Sinematografi: Elliot Davis
Musik: Carter Burwell
Durasi: 122 menit
MPAA Rating: PG-13
Juara satu film terbaik tahun 2008 yang diadakan berdasarkan polling harian Jawa Post. Dalam box office, pendapatannya disebut salah satu yang paling menguntungkan sepanjang tahun. Tiba-tiba nama dan wajah Robert Pattinson terpampang dimana-mana. Twilight. Bukan jenis film Saya. Bisa dikatakan film ini overrated. Tetapi setelah Saya selesai menonton, lantas Saya mengerti darimana saja datangnya semua penghargaan itu.
Twilight adalah film gadis. Diangkat dari novel karya Stephenie Meyer yang menjadi best seller, salah satu budaya pop yang baru muncul sejak Harry Potter berhenti menguasai lapangan. Naskahnya sendiri diadaptasi oleh Melissa Rosenberg, sang penulis Step Up. Dan sutradaranya? Kembali dengan anggapan hanya cewek yang tahu bener bahasa visual cewek, dia adalah Catherine Hardwicke, sutradara film Thirteen—Hardwicke di sini kembali memberi peran kepada Nikki Reed yang juga menulis naskah Thirteen. Dan Hardwicke sudah dipecat dari pembuatan sekuel untuk quadriology nya (New Moon, Eclipse dan Breaking Dawn).
Sebenarnya, Twilight adalah cerita romantis remaja biasa (benar-benar biasa, sudah jutaan cerita memiliki inti alur yang sama persis), dengan embel-embel vampire sebagai salah satu formulanya. Malah kalau dirasakan lebih jauh lagi, ceritanya kekurangan darah. Berbicara mengenai jenis film, Twilight adalah film fantasi yang benar-benar memenuhi fantasi setiap gadis sekolahan. Inti kisahnya adalah tentang cinta abadi. Akan ada cinta segitiga, kisah cinta dua makhluk yang berbeda dan tidak sempurna (walaupun fisik mereka sangat sempurna), prnsip mati untuk cinta adalah cara mati yang baik sampai diakhiri dengan malam prom. Nah, apalagi yang Anda harapkan?
Tokoh utama kita adalah Bella (Kristen Stewart), gadis gothic pindahan dari Arizona, yang keberadaannya sebagai siswi baru di sebuah sekolah di Pacific Northwest, membuat ia tampak menjadi nerd yang cantik. Kemudian ia bertemu dengan Edward (Robert Pattinson), salah satu dari lima Cullen bersaudara yang aneh dan mengisolasi diri. Edward adalah laki-laki boysband dengan penampilan grunge—meremehkan perkumpulan manusia di sekitarnya. Ketika mereka ditakdirkan bersama (apa yang Saya bilang tadi, huh?), mereka merasakan sebuah cinta bersemi diantara mereka.
Cukup mengenai hal cinta-cintaan itu, sekarang Bella mengetahui kalau Edward adalah seorang vampire yang modern. Yang memiliki kekuatan super, memiliki kecepatan super, tidak takut terkena cahaya, bisa meneliti bawang, bisa menyetir, mempunyai LCD dan mendengarkan musik Debussy (bukan Bach). Dengan hasratnya untuk memiliki dan meminum darah Bella, Edward menahan diri dan mencoba menjauh dari Bella. Namun sikap posesifnya ini juga membuat Bella terjebak dalam situasi yang berbahaya (Saya jelaskan nanti). Keluarga vampire vegetarian Cullen, kedatangan 3 orang tamu vampire buas (salah satunya adalah vampire Bob Marley). Dan satu dari mereka—yang mengincar Bella, konon katanya merupakan vampire paling hebat yang terlihat dalam 300 tahun terakhir. Saya tidak membuat lelucon ini, tapi itulah kisah Twilight yang novelnya laris 17 juta kopi ini.
Filmnya ringan sekali. Walaupun ini teritori gadis, tetapi siapapun termasuk ibu-ibu juga ternyata bisa menikmati alurnya. Karena apa? Karena kita sudah biasa melihat yang sejenis dalam sinetron di layar televisi—lengkap dengan bonus klise-klise yang sangat khas itu. Begitu juga untuk wanita yang lebih berumur—pasti mereka pernah merasakan pengalaman menonton yang serupa. Beberapa adegan percintaan Twilight terlihat seperti film Bollywood. Tidur di taman dan saling tatap mata, berputar-putar di pohon, kamera yang berputar saat sebuah adegan romantis di tengah-tengah hutan (dengan pemotongan yang mengganggu mata Saya), Anda mengerti kalau sudah menyaksikan sendiri. Wajah tampan dan cantik juga mendominasi film ini. Ketampanan Robert Pattinson, si Cedric Diggory dalam Harry Potter, semakin didramatisir (close up+slow motion=stylish). Lihat dari adegan pertemuan pertama Edward dan Bella di kafetaria sampai ketika mereka resmi mempublikasikan hubungan saat di sekolah, mengingatkan Saya terhadap A Cinderella Story. Edward Cullen—lengkap dengan make up nya yang menakutkan bagi Johnny Depp—bisa disebut tokoh heart throbber baru tahun 2008 mengalahkan Joker versi Heath Ledger.
Oh, dan satu lagi. Film ini memiliki banyak adegan yang buruk, puncaknya adalah sentuhan super aneh pada adegan base ball dengan musik latar Supermassive Black Holes. Didukung juga oleh efek yang kacangan untuk adegan memanjat pohon, terbang, dan bergerak cepat. Bagi tipe penonton MTV, pasti sudah biasa menonton fast forward seperti itu. Dan satu hal menarik yang disentil sedikit adalah pertempuran abadi vampire dan manusia serigala dalam bentuk teman Bella yang termasuk suku Indian.
Kristen Stewart dan Robert Pattinson adalah pasangan yang sangat serasi di layar. Saya mengetahui Kristen sejak Panic Room (dia masih sangat kecil saat itu), lantas Zathura, dan wajah cantiknya sempat terlihat sebentar dalam Into the Wild. Di mata remaja manapun di dunia ini, tampang baru mereka sudah seperti ikon baru,sama halnya dengan Daniel Radcliffe, Emma Watson dan Rupert Grint. Mereka tidak menampilkan performa kelas festival, tapi mereka sudah melekatkan figurnya sebagai dua ikon penting. Ketika mereka terlihat bersama di layar, siapa pun tidak akan mengalihkan pandangan mereka.
Lantas mengapa kesuksesan Twilight menjadi kolosal seperti ini? Selain tokoh Edward dan Bella menjadi lebih disayangi fans fanatiknya, mereka membuat gadis percaya akan cinta sejati. Karena tokoh Edward dan Bella yang penuh perbedaan, mereka saling terikat (entah bagaimana perasaan itu bisa muncul, tidak dijelaskan dengan cukup gamblang, dan pasti akan sangat sulit dijelaskan karena hal seperti itu perlu keajaiban untuk direalisasikan di dunia nyata). Dua orang tidak terkenal saling jatuh cinta. Mereka bertindak seolah-olah dunia milik mereka berdua.
Jenis: Romantis, Horror, Fantasi
Sutradara: Catherine Hardwicke
Pemain: Kristen Stewart, Robert Pattinson, Billy Burke, Ashley Greene
Penulis: Melissa Rosenberg dari novel karya Stephenie Meyer
Sinematografi: Elliot Davis
Musik: Carter Burwell
Durasi: 122 menit
MPAA Rating: PG-13
Juara satu film terbaik tahun 2008 yang diadakan berdasarkan polling harian Jawa Post. Dalam box office, pendapatannya disebut salah satu yang paling menguntungkan sepanjang tahun. Tiba-tiba nama dan wajah Robert Pattinson terpampang dimana-mana. Twilight. Bukan jenis film Saya. Bisa dikatakan film ini overrated. Tetapi setelah Saya selesai menonton, lantas Saya mengerti darimana saja datangnya semua penghargaan itu.
Twilight adalah film gadis. Diangkat dari novel karya Stephenie Meyer yang menjadi best seller, salah satu budaya pop yang baru muncul sejak Harry Potter berhenti menguasai lapangan. Naskahnya sendiri diadaptasi oleh Melissa Rosenberg, sang penulis Step Up. Dan sutradaranya? Kembali dengan anggapan hanya cewek yang tahu bener bahasa visual cewek, dia adalah Catherine Hardwicke, sutradara film Thirteen—Hardwicke di sini kembali memberi peran kepada Nikki Reed yang juga menulis naskah Thirteen. Dan Hardwicke sudah dipecat dari pembuatan sekuel untuk quadriology nya (New Moon, Eclipse dan Breaking Dawn).
Sebenarnya, Twilight adalah cerita romantis remaja biasa (benar-benar biasa, sudah jutaan cerita memiliki inti alur yang sama persis), dengan embel-embel vampire sebagai salah satu formulanya. Malah kalau dirasakan lebih jauh lagi, ceritanya kekurangan darah. Berbicara mengenai jenis film, Twilight adalah film fantasi yang benar-benar memenuhi fantasi setiap gadis sekolahan. Inti kisahnya adalah tentang cinta abadi. Akan ada cinta segitiga, kisah cinta dua makhluk yang berbeda dan tidak sempurna (walaupun fisik mereka sangat sempurna), prnsip mati untuk cinta adalah cara mati yang baik sampai diakhiri dengan malam prom. Nah, apalagi yang Anda harapkan?
Tokoh utama kita adalah Bella (Kristen Stewart), gadis gothic pindahan dari Arizona, yang keberadaannya sebagai siswi baru di sebuah sekolah di Pacific Northwest, membuat ia tampak menjadi nerd yang cantik. Kemudian ia bertemu dengan Edward (Robert Pattinson), salah satu dari lima Cullen bersaudara yang aneh dan mengisolasi diri. Edward adalah laki-laki boysband dengan penampilan grunge—meremehkan perkumpulan manusia di sekitarnya. Ketika mereka ditakdirkan bersama (apa yang Saya bilang tadi, huh?), mereka merasakan sebuah cinta bersemi diantara mereka.
Cukup mengenai hal cinta-cintaan itu, sekarang Bella mengetahui kalau Edward adalah seorang vampire yang modern. Yang memiliki kekuatan super, memiliki kecepatan super, tidak takut terkena cahaya, bisa meneliti bawang, bisa menyetir, mempunyai LCD dan mendengarkan musik Debussy (bukan Bach). Dengan hasratnya untuk memiliki dan meminum darah Bella, Edward menahan diri dan mencoba menjauh dari Bella. Namun sikap posesifnya ini juga membuat Bella terjebak dalam situasi yang berbahaya (Saya jelaskan nanti). Keluarga vampire vegetarian Cullen, kedatangan 3 orang tamu vampire buas (salah satunya adalah vampire Bob Marley). Dan satu dari mereka—yang mengincar Bella, konon katanya merupakan vampire paling hebat yang terlihat dalam 300 tahun terakhir. Saya tidak membuat lelucon ini, tapi itulah kisah Twilight yang novelnya laris 17 juta kopi ini.
Filmnya ringan sekali. Walaupun ini teritori gadis, tetapi siapapun termasuk ibu-ibu juga ternyata bisa menikmati alurnya. Karena apa? Karena kita sudah biasa melihat yang sejenis dalam sinetron di layar televisi—lengkap dengan bonus klise-klise yang sangat khas itu. Begitu juga untuk wanita yang lebih berumur—pasti mereka pernah merasakan pengalaman menonton yang serupa. Beberapa adegan percintaan Twilight terlihat seperti film Bollywood. Tidur di taman dan saling tatap mata, berputar-putar di pohon, kamera yang berputar saat sebuah adegan romantis di tengah-tengah hutan (dengan pemotongan yang mengganggu mata Saya), Anda mengerti kalau sudah menyaksikan sendiri. Wajah tampan dan cantik juga mendominasi film ini. Ketampanan Robert Pattinson, si Cedric Diggory dalam Harry Potter, semakin didramatisir (close up+slow motion=stylish). Lihat dari adegan pertemuan pertama Edward dan Bella di kafetaria sampai ketika mereka resmi mempublikasikan hubungan saat di sekolah, mengingatkan Saya terhadap A Cinderella Story. Edward Cullen—lengkap dengan make up nya yang menakutkan bagi Johnny Depp—bisa disebut tokoh heart throbber baru tahun 2008 mengalahkan Joker versi Heath Ledger.
Oh, dan satu lagi. Film ini memiliki banyak adegan yang buruk, puncaknya adalah sentuhan super aneh pada adegan base ball dengan musik latar Supermassive Black Holes. Didukung juga oleh efek yang kacangan untuk adegan memanjat pohon, terbang, dan bergerak cepat. Bagi tipe penonton MTV, pasti sudah biasa menonton fast forward seperti itu. Dan satu hal menarik yang disentil sedikit adalah pertempuran abadi vampire dan manusia serigala dalam bentuk teman Bella yang termasuk suku Indian.
Kristen Stewart dan Robert Pattinson adalah pasangan yang sangat serasi di layar. Saya mengetahui Kristen sejak Panic Room (dia masih sangat kecil saat itu), lantas Zathura, dan wajah cantiknya sempat terlihat sebentar dalam Into the Wild. Di mata remaja manapun di dunia ini, tampang baru mereka sudah seperti ikon baru,sama halnya dengan Daniel Radcliffe, Emma Watson dan Rupert Grint. Mereka tidak menampilkan performa kelas festival, tapi mereka sudah melekatkan figurnya sebagai dua ikon penting. Ketika mereka terlihat bersama di layar, siapa pun tidak akan mengalihkan pandangan mereka.
Lantas mengapa kesuksesan Twilight menjadi kolosal seperti ini? Selain tokoh Edward dan Bella menjadi lebih disayangi fans fanatiknya, mereka membuat gadis percaya akan cinta sejati. Karena tokoh Edward dan Bella yang penuh perbedaan, mereka saling terikat (entah bagaimana perasaan itu bisa muncul, tidak dijelaskan dengan cukup gamblang, dan pasti akan sangat sulit dijelaskan karena hal seperti itu perlu keajaiban untuk direalisasikan di dunia nyata). Dua orang tidak terkenal saling jatuh cinta. Mereka bertindak seolah-olah dunia milik mereka berdua.
0 comments:
Post a Comment
Komentar ya! Demi kemajuan blog ini!
Dan Berkomentarlah dengan Bahasa yang baik.